*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 1)*
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Rasulullah ﷺ dilahirkan yatim, agar kau tak menduga, Islam ajaran orang tuanya.
Ibunda dan kakek Rasulullah ﷺ wafat ketika beliau masih kecil, agar kau tak menyangka, Islam warisan keluarganya.
Paman Abu Thalib yang selalu menjaga Rasulullah ﷺ nyatanya hingga wafat tak mau mengucap syahadatain, agar kau tak menuduh, Islam didapat dari pamannya.
Rasulullah ﷺ muncul dari kaum ummiy, agar kau tak mengira, Islam dipelajari dari kaumnya.
Rasulullah ﷺ dimusuhi dan terusir dari Makkah, agar kau tak memfitnah, Islam hanyalah adat suku bangsa.
*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 2)*
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Sayyiduna Jabir berbisik kepada Nabi Muhammad ﷺ : “Yaa Rasulallah, aku punya sedikit makanan, marilah engkau makan dan ajak satu atau dua orang”
“Berapa banyak (makananmu)?” Tanya Nabi. Jabir menceritakan, istrinya memasak anak kambing kecil yang hanya cukup untuk Nabi dan dua orang saja.
Nabi bersuara keras : “Wahai Ahli Khandaq, wahai kaum anshar dan muhajirin, Jabir membuat makanan, mari semuanya”
Bisa dibayangkan bagaimana Jabir dan istrinya mendadak gugup kebingungan. Rasulullah ﷺ mengajak seribu orang menuju kediamannya, sementara makanan yang ia sediakan hanya untuk sekira empat orang.
Mukjizat Khandaq sudah masyhur diceritakan. Apa pelajarannya?
1. Rasulullah ﷺ tidak rela dirinya sendiri menikmati makanan sedangkan beliau dan seribu sahabatnya sudah bersama-sama dalam kelaparan yang sangat, setelah beberapa hari gotong-royong membangun parit tanpa makan. Rasulullah ﷺ bekerja bersama, lapar berhari-hari bersama, maka sekecil apapun makanan harus dirasakan bersama, prinsip beliau.
2. Rasulullah ﷺ menuangkan dengan tangan beliau, satu-persatu makanan dan daging ke piring untuk seribu sahabatnya, sampai semuanya kenyang, barulah beliau sendiri berkenan makan. Beliau memastikan tak ada sahabatnya yang tidak mendapat bagian, sebelum dirinya.
3. Allah Ta’ala mengetahui betapa Nabi-Nya sangat perhatian, sangat peduli, sangat penyayang terhadap ummatnya, maka Allah Ta’ala pun berikan kasih sayang-Nya dengan memperbanyak makanan di tangan Rasulullah ﷺ. Tak tanggung tanggung, empat porsi mengenyangkan seribu orang dan masih ada sisa.
4. Jika dalam urusan perut saja, dalam penderitaan lapar saja, Rasulullah ﷺ begitu peduli terhadap seluruh ummatnya, maka bagaimana dengan nasib ummatnya di hadapan siksa neraka hari kiamat? Yakinlah beliau tak akan ambil diam untuk menyelamatkan kita semua apapun rupa dan kelakuan kita.
5. Semua ummat Nabi Muhammad ﷺ akan Beliau tolong di hari kiamat. Ummat yang shalih dipercepat dan dibebaskan dari hisab. Ummat yang berdosa, hisabnya dipermudah. Ummat yang telah divonis neraka, Beliau bebaskan. Ummat yang sudah di neraka Beliau entaskan. Hanya satu golongan yang tidak tertolong yaitu :
Ummat yang bebuat dosa atas dorongan keangkuhan kesombongan. Meninggalkan kewajiban dan menabrak ma’shiyat, karena meremehkan syari’at agama.
Sedangkan ummat yang berbuat dosa karena dorongan syahwat, dengan sangat menyadari kekhilafan dan kelemahannya, dengan sangat mengharap anugerah Tuhannya, maka semua akan mendapat syafa’at Rasulullah ﷺ. Beliau tak berkenan menikmati surga, sebelum memastikan kita semua ikut masuk bersamanya.
Referensi : Kitab Fiqih Siroh Nabawi Karya Syaikh Al-Buthi : 35
*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 3)*
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Seandainya Rasulullah ﷺ mau berdo’a agar diangkat menjadi raja kaya raya sebagaimana Nabi Sulaiman as, agar semua makhluk tunduk kepadanya, tentulah Allah bisa kabulkan.
Tanpa berdo’a pun malaikat pernah menawarkan kepada Nabi, hendak diberikan gunung emas sebagai modal dakwah. Malaikat juga menawarkan dua gunung untuk menghantam kaum yang menyakiti Nabi ﷺ.
Orang-orang musyrikin melalui Utbah bin Rabi’ah juga menawarkan kepada Rasulullah ﷺ agar Beliau berkenan diangkat menjadi raja dan diberikan harta. Tapi mengapa semua itu ditolak oleh Nabi ﷺ?
Rasa cinta dan kasih sayang Rasulullah ﷺ kepada ummatnya lah yang menghalangi beliau dari hal itu. Beliau ﷺ memilih jalan dakwah yang berat, susah, banyak musuh, dan kondisi miskin.
Seolah Nabi ﷺ hendak berkata:
“Bila ummatku nanti ada yg berjuang di jalan Allah Ta’ala lalu dimusuhi, dicaci, dilempari batu sampai berdarah, biarkan aku menjadi orang pertama yang pernah mengalami itu semua.
Bila nanti ada ummatku yang memperjuangkan agama hingga terusir dari tanah kelahirannya, biarkan aku menjadi orang pertama yang menjalaninya.
Bila ada ummatku yang mengalami kemiskinan, jauh dari harta benda, biarkan aku menjadi orang pertama yang meneguk gelas kemiskinan.”
Wahai Rasulullah ﷺ betapa besar cintamu kepada kami.
Maka Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ berdo’a:
اللّهمّ احيني مسكينا وامتني مسكينا واحشرني في زمرة المساكين
“Yaa Allah hidupkan aku dalam keadaan miskin, matikan aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkan aku di akhirat bersama golongan orang-orang miskin.”
Sejarah mencatat bahwa Rasulullah ﷺ setelah hijrah ke Madinah dan menjadi pemimpin yang menguasai Jazirah Arab, dikagumi dan dicintai ummat manusia, beliau tetap memilih hidup miskin jauh dari gaya hidup para raja pada umumnya saat itu. Seringkali beliau tidak menemukan makanan di rumah lalu berpuasa. Bahkan ketika wafat, baju besi Rasulullah ﷺ masih tergadaikan.
Kita? Betapa ringannya beban hidup ini jika mengingat Rasulullah ﷺ. Orang-orang kaya mungkin terhibur oleh hartanya, sedangkan pendakwah dan fakir miskin dihibur oleh Nabi kita.
“Bila saat ini anda merasa sedang berdakwah, sedang berjuang di jalan Allah Ta’ala, sedang melanjutkan misi Rasulullah ﷺ, akan tetapi kehidupan anda serba mudah, serba mewah, dielu-elukan banyak orang, tak ada orang yang menghalangi, tak ada yang mencaci, tak ada yang memusuhi, maka ketahuilah anda jauh dari yang anda sangkakan.” (Syaikh Said Al-Buthi)
Referensi : Fiqih Sirah Nabawi, Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi.
*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 4)*
Oleh: Ust. Muhamad Dedi Ahyadi, S.Pd.I., M.Pd.
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Saking cintanya, para sahabat sampai ada yang meminum darah Nabi ﷺ, ada yang meminum air seni Nabi ﷺ.
Panglima perang Khalid bin Walid r.a. selalu menang dalam pertempuran, berkah beberapa helai rambut Rasulullah ﷺ yang ia selipkan di penutup kepalanya.
Ia dapatkan rambut mulia itu dari Abu Thalha. Rasulullah ﷺ sendiri yang memerintahkan Abu Thalha untuk membagi-bagikan rambut mulia bekas cukur tahallul beliau, kepada para sahabat. [1]
Ummu Salamah menyimpan beberapa helai rambut Nabi ﷺ dalam sebuah wadah _(juljul)._ Orang-orang yang sakit banyak menemui Ummu Salamah untuk berobat dengan berkah rambut mulia itu. Rambut diletakkan dalam segelas air dan diminum airnya. Segera sembuh. [2]
Abdullah ibn Zubair pernah meminum darah bekam Rasulullah ﷺ. Sejak saat itu wangi misik semerbak di mulut Ibn Zubair tidak pernah hilang hingga wafat.
Seorang tukang bekam ditanya Nabi ﷺ : “Kamu sembunyikan di mana darahku?” Ia menjawab “Wahai Rasul, sayang sekali kalau darahmu dibuang di tanah, ia ada di perutku” Lalu Rasul ﷺ katakan : “Pergilah, kamu telah menjaga dirimu dari api/neraka”. [3]
Barkah, wanita yang menjadi khadimnya Ummu Habibah (isteri Nabi) menemukan gelas di bawah dipan Nabi, berisi air seni Nabi ﷺ. Ketika ditanya oleh Nabi ﷺ “Di mana air yang ada di gelas?” Ia menjawab “aku meminumnya”. Rasulullah ﷺ katakan : “Sehat wahai Ummu Yusuf”. Sejak itu dia tidak pernah menderita sakit, kecuali sakit yang menjemput ajalnya. [4]
Ummu Salim mengambil keringat dari wajah Rasulullah ﷺ saat beliau tidur siang, dikumpulkan dalam satu wadah kecil menjadi minyak wangi yang paling wangi dan sekaligus diambil berkahnya. [5]
Begitulah gambaran cinta para shahabat kepada Rasulullah ﷺ. Betapa rindunya hati ini ingin bersamamu wahai Nabi Muhammad ﷺ.
Jangan dibayangkan darah dan seni Nabi bau dan jorok seperti umumnya manusia. Keringat beliau dijadikan minyak wangi. Mulut sayyidina Abdullah bin zubair wangi seumur hidup gara-gara minum darah bekam nabi
Syaikh Ali Jum’ah : “Kalau Allah tahu kita kekuatan cinta dan imannya seperti shahabat pastilah kita diciptakan pada masa itu”.
Kecuali para Nabi. Segala yg keluar dari tubuh para nabi itu suci. Jangan dibayangkan jijik bau pesing kayak kita-kita. Keringatnya saja lebih wangi dari minyak misik.
Jika haram pasti sudah dimarahi dan dilarang oleh Rasul. Nyatanya direstui.
Banyak hal yang dikeculikan bagi para Nabi. Misal boleh menikah lebih dari 4 isteri. Wajib shalat malam bagi Nabi, dan lain sebagainya.
Nabi kondisi junub tetap boleh berdiam dalam masjid, sedangkan kita haram. Nabi menyentuh istrinya tidak batal. Kita batal, dan lain-lain.
Sedangkan amalan Nabi seperti bekam, lupa dalam shalat, minum dengan berdiri, dan lain-lain banyak yang dilakukan sebatas untuk praktik penyampaian ilmu kepada ummatnya. Guru kan tidak hanya ceramah, tapi praktik juga.
Para Rasul mengalami banyak hal di luar nalar standard, yang disebut mu’jizat.
Mengenai khilaf, para Nabi dijaga Allah tidak mungkin melakukan dosa yang disebut ma’shum.
Dari tangan Nabi Musa as. keluar cahaya, dari tongkatnya keluar ular, dari tangan Nabi keluar air minum dan makanan yang cukup untuk mengenyangkan mujahidin di persiapan Perang Khandaq. Jadi, kalau sekedar mewangikan keringat dan urine, terlalu biasa.
Para Rasul tidak mungkin melakukan dosa, karena Allah tak mungkin menggerakkan hati dan diri rasul-Nya untuk berbuat dosa. Sebab, Dia sengaja ciptakan seorang Rasul sebagai model/contoh yang harus ditiru oleh semua manusia. Mana mungkin dosa harus ditiru.
Ini sudah ranah keimanan, terlalu banyak hal irasional dalam kehidupan para Nabi. Makanya waktu Beliau cerita isra mi’raj banyak yang tidak percaya. Mana mungkin manusia bisa pergi ke langit dalam waktu semalam.
Kekhususan Nabi Muhammad SAW bahwa kotoran dan darah Nabi itu suci, berkata An-Nawawi dalam Majmu Syarah Muhadzab 1/233:
استدل من قال بطهارة دم وبول رسول الله(صلي الله وعليه وسلم) بالحديثين المعروفين , وأن أبا طيبة الحجام حجمه(صلي الله وعليه وسلم) وشرب دمه ولم ينكر عليه , وأن امرأة شربت بوله (صليالله وعليه وسلم) فلم ينكر عليها. وحديث ابي طيبة ضعيف, وحديث شرب البول صحيح رواه الدار قطني وقال: “هو حديث حسن صحيح.” وذلك كاف في الاحتجاج لكل الفضلات قياساً“
‘Ulama yang menilai kesucian air seni dan darah Nabi Muhammad SAW menggunakan dua hadits yang telah dikenal sebagai dalil. Yaitu hadits:
Sesungguhnya Abu Thaibah seorang tukang bekam membekam Nabi Muhammad SAW dan meminum darahnya sedang beliau tidak mengingkari tindakan Abu Thaibah ini, dan hadits:
Sesungguhnya seorang perempuan meminum air seni beliau dan beliau tidak mengingkarinya.
Status hadits Abu Thaibah itu lemah sedang hadits perempuan yang meminum air seni beliau itu shahih yang diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni.
Ad-Daruquthni berkata: “Hadits tentang perempuan yang minum air seni Nabi ini statusnya hasan shahih.
Dan hal ini secara analogi cukup dijadikan sebagai argumen akan kesucian segala sesuatu yang dikeluarkan oleh tubuh Nabi.
Catatan Kaki / Foot Note:
[1] Umdatul Qori, 8/230
[2] Fathul Bari, 10/290
[3] Al Qasthalani, Al Mawahib, 1/284
[4] Ibn Hajar, Attalkhish Al Kabir, 2/32
[5] Fathul Bari, 11/12
*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 5)*
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Upaya memadamkan cahaya kenabian telah dilakukan sejak lama bukan baru-baru ini saja. Hanya saja cara yang dilakukan oleh para pendahulu lebih elegan. Bukan dengan merendahkan derajat Rasulullah ﷺ justru para pemikir itu memuji habis-habisan sifat Rasulullah ﷺ dan menuangkannya dalam buku _siroh nabawiyyah_ (perjalanan hidup sang Nabi).
Dalam buku siroh karya mereka, Rasulullah ﷺ digambarkan sebagai sosok paling bijaksana, cerdas, pemberani, dan sifat-sifat agung lainnya. Mereka menggiring pembaca untuk mengagumi Rasulullah ﷺ sebagai sosok manusia biasa yang memiliki kelebihan dalam pemikiran, layaknya Sidartha, Gandhi, Plato, Albert Einstein, dan sederet tokoh terkemuka lainnya.
Tujuan mereka tak lain untuk menjauhkan pembaca dari karakter dasar seorang Rasul ﷺ yaitu kenabian dan mu’jizat. Sifat yang hanya dimiliki seorang Nabi, dan tak terjangkau akal kebiasaan manusia.
Bahkan untuk memuluskan tipu daya itu, mereka tega menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang jelas-jelas shorih, demi menyesuaikan dengan ukuran akal mereka, dengan alasan “menjunjung nilai ilmiyah”.
Misalnya burung ababil yang disebut dalam _Surat Al-Fiil_ dita’wilkan sebagai penyakit cacar. Kejadian _Isro Mi’roj_ yang mereka anggap mustahil dita’wilkan sebagai perjalanan ruhani dan sekedar mimpi. Sekelompok malaikat yang membantu perang badar mereka ta’wilkan sebagai _inner power._
Mereka tega menyembunyikan hadits-hadits shahih tentang kemukjizatan Rasul ﷺ yang sangat banyak jumlahnya di kitab hadits, tak disebut satupun dalam buku _siroh nabawiyyah_ yang mereka tulis, demi memenuhi libido ilmiyah (mereka menyebutnya ilmiyah), dan demi menutupi ketidak mampuan mereka dalam menjawab kemusykilan (pengingkaran) kaum empirik tentang kejadian mu’jizat.
Menurut mereka satu-satunya mu’jizat Rasulullah ﷺ hanyalah Al-Qur’an yang tak lain bagi mereka sekedar redaksi tuntunan hidup. Pada saat yang sama mereka tidak sadar bahwa mengingkari mu’jizat-mu’jizat sama saja dengan mengingkari kenabian itu sendiri. Sebab mu’jizat terbesar seorang Nabi adalah kenabian. Manusia yang menjadi perantara antara hamba dan Tuhan. Melalui Malaikat Jibril. Semua itu tak mungkin dijelaskan dengan teori ilmiyah mereka.
Meski sudah jelas-jelas mengingkari mu’jizat kenabian, mereka tetap tidak mau disebut lepas dari Agama Islam. Mereka tetap bernaung di bawah perlindungan Agama Islam dengan cara memuji Nabi Muhammad ﷺ setinggi tingginya, sekali lagi dengan pujian yang tak melebihi manusia biasa.
Apa motif yang mendorong mereka melakukan ini semua? Tak lain karena tersilaukan oleh gaung sains teknologi. Bagi mereka semua keyakinan yang tak bisa dibuktikan melalui alat-alat sains hanya akan merendahkan pemeluknya di mata dunia. Bagi mereka ilmiyah hanyalah sains.
Apakah langkah mereka ini aman-aman saja dan tak mendapat penolakan dari ‘Ulama?
Andai mereka dari ormas besar sekalipun, para ‘Ulama tak akan tutup mulut melihat kemunkaran ini. Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi dalam buku dan ceramahnya banyak sekali mencounter penyimpangan mereka bahkan menyebut nama orang-orang dan buku yang ditulisnya.
Di antaranya yang disebut oleh Al-Buthi dalam _muqoddimah Fiqh Sirohnya_ adalah:
– “Hayat Muhammad” karya Husain Haikal. Buku ini laris manis terjemahannya di Indonesia dengan judul “Sejarah Hidup Muhammad”
– _Al Siroh Muhammadiyah taht Dlau al Ilmi wal Falsafah,_ Muhammad Farid.
– dan buku-buku lain karya Orientalis.
Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri dalam _muhadhorohnya_ beberapa hari yang lalu mengatakan yang maksudnya:
“Orang barat menganggap bahwa sumber ilmu hanya satu yaitu tajribah/research/ujicoba. Sehingga menurut mereka segala yang tidak dapat dibuktikan dengan sains bukanlah ilmu. Sedangkan kita kaum muslim memiliki tiga sumber ilmu yaitu: al-khobar, at-tajribah, dan al-‘aql (kabar terpercaya, research, dan logika/mantiq).
Sehingga sains tidak tepat diterjemahkan sebagai ilmu. Sebab ia hanya sebagian dari ilmu. Masih ada cara lain untuk membuktikan sebuah kebenaran yaitu dengan khobar dan ‘aql/mantiq.”
Anak-anak milenial yang mengingkari keberadaan cahaya pada kelahiran Nabi, mengingkari _irhash,_ mengingkari _Isro Mi’roj,_ tak akan bisa disadarkan kecuali dengan memperbaiki _mindset_ mereka bahwa sains buka satu satunya ukuran kebenaran. Bukan malah sebaliknya agama kita yang harus menyesuaikan _mindset_ mereka.
هدانا الله وإيّاكم اجمعين
*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 6)*
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Agar terhindar dari kebakaran, kemalingan, dan bencana.
Cukup hafalkan sepuluh keistimewaan Nabi Muhammad _shallallahu ‘alaihi wasallam_ berikut ini, tidak perlu ditulis atau dibaca.
لَمْ يَحْتَلِمْ قَطُّ طٰـهَ مُطْـلَقًا أَبَدًا * وَمَا تَثـَائَبَ أَصْـلاً فِىْ مَدَى الزَّمَنِ
مِنْهُ الدَّوَابُ فَـلَمْ تَهْرَبْ وَمَـا وَقَعَتْ * ذُبَابَةٌ أَبَـدًا فِى جِسْمِـهِ الْحَسَنِ
بِخَلْـفِهِ كَأَمَـامٍ رُؤْيَةٌ ثَـــبَتَتْ * وَلَا يُرٰى أَثْـرُ بَوْلٍ مِـنْهُ فِيْ عَلَنِ
وَقَلْبُهُ لَمْ يَنَـمْ وَالْعَيْنُ قَدْ نَعَسَتْ * وَلَايَرٰى ظِـلَّهُ فِى الشَّمْسِ ذُوْ فَـطِنِ
كَـتْفَاهُ قَدْ عَلَـتَا قَوْمًا إِذَا جَلَسُوْا * عِنْـدَ الْوِلَادَةِ صِـفْ يَا ذَا بِمُخْتَتَنِ
هَذِه الْخَصَائِصَ فَاحْفَظْهَا تَكُنْ أٰمِنًا * مِنْ شَرِّ نَـارٍ وَسُرَّاقٍ وَمِـنْ مِحَنِ
1. Tidak pernah mimpi basah
2. Tidak pernah menguap
3. Binatang apapun tunduk patuh
4. Tidak pernah dihinggapi lalat
5. Melihat ke arah belakang tanpa perlu menoleh
6. Tak pernah terlihat bekas air seninya
7. Hati tak pernah tidur meski mata tertidur
8. Tak tampak bayangan meski di bawah terik
9. Dua pundaknya lebih tinggi saat duduk bersama
10. Telah terkhitan sejak lahir
Masih percaya bahwa Nabi Muhammad _shallallahu ‘alaihi wasallam_ adalah manusia biasa?
Tidak. Beliau manusia, tapi tidak biasa.
Referensi :
1. Kitab _Muroqil ‘Ubuudiyyah_ Karya Syaikh Nawawi Al-Bantani
2. Kitab _Dalaa’ilul Khoirot_ Karya Imam Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli.
*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 7)*
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Salah satu upaya untuk menyamaratakan semua agama, membenarkan semua agama, memposisikan semua ajaran agama sama-sama berpotensi mengantar kepada kebenaran dan sama-sama berpotensi salah, adalah dengan mendudukkan Rasulullaah _shallalahu ‘alaihi wasalam_ sejajar dengan para tokoh pemikir lainnya seperti Aristoteles, Plato, Sidharta, dan lainnya.
Mereka memuji setinggi-tingginya sosok Nabi Muhammad ﷺ sebagai pemikir yang cerdik dan bijaksana, yang dari kecemerlangan pemikirannya itulah lahir agama baru bernama Islam. “Salah satu” agama yang bisa membawa manusia menuju kebenaran dan kebahagian sebagaimana agama-agama lainnya. Menurut mereka.
Sungguh hal ini adalah upaya pemadaman Islam sebagai satu-satunya jalan yang diturunkan oleh Allah Ta’ala untuk umat manusia. Sekali lagi, diturunkan oleh Tuhan Pencipta Alam.
Bukti bahwa Islam bukan hasil pemikiran Nabi Muhammad ﷺ, bukan hasil renungan kebijaksanan, intuisi, filsafat atau istilah lain yang semakna, adalah:
1. Rasulullah ﷺ kaget melihat sosok Jibril yang asing, yang besarnya memenuhi ruang angkasa, beliau takut, gemetar, menggigil, lalu bersegera pulang meninggalkan Gua Hira tempat menyepinya, dan menceritakan semua kepada Sang Istri dengan keadaan ketakutan. Mana mungkin sebuah kebenaran yang diperoleh dari hasil merenung, bisa membuat pemikirnya menggigil ketakutan. Jelas sekali ada faktor luar di luar diri Rasulullah ﷺ yang baru saja mendatangi beliau. Faktor yang tidak ada pada para pemikir, itulah wahyu dari Allah Ta’ala.
2. Rasulullah ﷺ memerintahkan sahabat mencatat ayat-ayat Alquran dan melarang mencatat hadits. Ini bukti paling jelas bahwa ada perbedaan antara ucapan beliau sebagai pribadi seorang Nabi dan antara ucapan beliau yang redaksinya langsung melalui perantaraan Malaikat Jibril dari Allah Ta’ala. Jika ajaran Nabi Muhammad ﷺ adalah buah kebijaksanaan Nabi Muhammad ﷺ untuk apa ada perbedaan Al-Qur’an dan Hadits?
3. Beberapa keputusan Rasulullah ﷺ yang beliau ambil sebelum turun wahyu tentang hal itu, terkadang menuai teguran dari Allah Ta’ala, dan redaksi teguran itu tetap dicantumkan dalam Al-Qur’an dan dibaca umat Islam sepanjang masa. Seperti pada Surat ‘Abasa, Ayat tentang tebusan Perang Badar, dan Ayat lainnya yang _sharih_ menyalahkan tindakan Rasulullah ﷺ. Jika Islam adalah ajaran yang lahir dari pribadi Nabi Muhammad ﷺ dari mana dan untuk apa “celaan-celaan” (dalam tanda kutip) semacam ini diabadikan?
4. Rasulullah ﷺ seringkali ditanya tentang sesuatu, beliau tak menjawab, menunggu turun jawaban dari wahyu. Bahkan untuk membersihkan nama Sayyidah ‘Aisyah dari tuduhan _ifk_ saja beliau menunggu satu bulan dalam keadaan fitnah yang terus menggelinding. Jika Islam datang dari diri Nabi Muhammad _shallalahu ‘alaihi wasallam_ untuk apa menunggu waktu?
5. Rasulullah ﷺ adalah _Ummiy,_ tidak pernah menulis dan membaca. Tidak pernah menelaah buku-buku. Jika Islam adalah hasil pemikiran, dari mana bisa beliau menemukan sejarah-sejarah masa lampau seperti kisah Nabi Yusuf _’alaihissalam,_ Ibu Nabi Musa ketika meletakkan bayinya di sungai, kisah Fir’aun dan sejarah lain yang tak mungkin bisa ditemukan dari hasil berfikir.
Bahkan mereka menafsirkan ulang kata “wahyu” dimaknai sebagai pancaran jiwa Rasulullah ﷺ. Kesimpulan naif yang meskipun memakai kata-kata pujian, tak lain tak bukan adalah agar Islam disejajarkan dengan hasil pemikiran manusia, agar Islam bisa dikritik dan direvisi setiap waktu dengan hasil pemikiran, diambil dan ditinggalkan sesuai tuntutan zaman.
Apakah mereka ini ada?
*Ada dan banyak sekali.*
Rujuk Kitab-kitab Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi seperti _Fiqh Sirah, Kitab Kubra Yaqiniyat Kauniyah,_ yang membuka kedok mereka.
*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 8)*
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Ketika masih kafir, Urwah bin Mas’ud sengaja memperhatikan perilaku Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya.
Sesaat kemudian, ia bergegas kembali menemui teman temannya, para Musyrikin Quraisy, melaporkan apa yang ia lihat:
“Demi Allah, tidaklah Rasulullah mengeluarkan dahak (meludah) kecuali jatuh di telapak tangan salah satu sahabatnya lalu mereka usap-usapkan ke wajah dan kulitnya. Apabila Rasulullah ﷺ memberi perintah, mereka bergegas melaksanakannya. Ketika Rasulullah ﷺ wudhu, mereka berebut air bekas wudhunya. Mereka berbicara dengan lirih di hadapannya, dan tak pernah berani menajamkan pandangan kearahnya, karena memuliakan”.
“Wahai kaum, aku pernah menemui beberapa Raja Kisra, Najasyi. Demi Allah aku tak pernah melihat satu raja pun yang para sahabatnya memuliakan sebagaimana perlakuan para sahabat Muhammad ﷺ kepada Muhammad ﷺ.
Begitulah para sahabat, mencintai Rasulullaah ﷺ.
Tidak ada iman kepada Rasul bila tidak disertai _mahabbah._ Mencintainya tidak cukup dengan logika, namun Cinta Rasul adalah perasaan yang tertancap kuat dalam jiwa sebagaimana para sahabat.
لا يؤمن احدكم حتّى اكون احبّ اليه من والده وولده والنّاس اجمعين
“Tidaklah salah seorang kalian beriman (dengan sempurna) kecuali bila aku (Muhammad) lebih dia cintai melebihi orang tuanya, anaknya, dan semua manusia”.
صلّى الله عليك يا محمّد
Referensi :
_Fathul Bari_ Karya Ibnu Hajar Al-Atsqalani (5/341)
_Fiqhussiroh Nabawi_ Karya Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi (231, 240)
*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 9)*
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Mengintip Islam?
Kalau anda mempelajari Islam hanya dari *ilmu fiqih* maka Islam akan terlihat sebatas undang-undang baku yang melulu bicara halal-haram nan memberatkan.
Kalau anda mempelajari Islam hanya dari *ilmu kalam* maka Islam akan terlihat hanya sebuah doktrin yang terus-menerus diperdebatkan.
Kalau anda mengintip Islam hanya dari *ilmu tasawwuf* maka Islam akan terlihat sebagai pola hidup yang aneh dan hampir mustahil di akhir zaman hedonisme seperti saat ini.
Apalagi anda mempelajari islam hanya dari *ilmu tajwid* dan pelafalan huruf hijaiyyah, lalu merasa sudah pintar mengaji dan tidak lagi mau mengaji karena sudah wisuda tamat TPA/TPQ. Apalagi anda sekolah tinggi-tinggi dan jauh-jauh mempelajari banyak hal, tetapi syarat dan rukun wudhu pun tak tahu. Bukan salah anda tetapi salah _mindset_ lingkungan anda.
Kalau anda juga mempelajari Islam dari _siiroh nabawiyyah_ lengkap dengan penjelasan dan pemahaman para ‘ulama, maka anda akan melihat Islam secara utuh, full, dari satu sosok yang menggambarkan Islam itu sendiri. Tauhid, fiqih, adab, tasawwuf, hikmah, kisah, persahabatan, rumah tangga, kepemimpinan, pemerintahan, hukum negara, dan semua lini kehidupan akan tergambar secara utuh dan _detail_ dalam perjalanan hidup Sang Baginda Nabi Muhammad _shallallahu ‘alaihi wasallam_ mulai Beliau lahir hingga wafat, mulai hal penting sampai hal kecil seperti adab dalam kamar.
*Miris dan memalukan* jika ummat Nabi Muhammad ﷺ sampai tidak mampu menceritakan ringkasan kisah kehidupan Nabinya.
Rekomendasi salah satu kitab bagus _”Fiqh Siiroh Nabawiyyah”_ karya Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi.
*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 10)*
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Salah satu _nubuwwat_ prediksi masa depan Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa _Ilmu Faraidh_ (bagi waris) adalah ilmu yang pertama kali diangkat oleh Allah Ta’ala sebelum ilmu lainnya.
Indikasinya kuat, tidak banyak yang mempelajarinya, memperhatikannya, dan lebih sedikit lagi yang melaksanakannya dalam keluarganya.
Kalau ada sensus kecil-kecilan, misalnya dalam konteks satu desa, bisa diriset: dalam satu tahun, berapa banyak orang yang meninggal, dan berapa keluarga yang melaksanakan pembagian waris sesuai syari’at?
Padahal Allah Ta’ala menyatakan :
فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
– Hukum waris ini adalah kewajiban dari Allah Ta’ala (bagi semua keluarga). *sama seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, bagi masing-masing individu. Adapun hukum waris, maka hukum kolektif satu keluarga.
– Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui (yang terbaik bagi hamba-Nya. Jangan sok tahu, sok bijak, menuduh hukum waris tidak adil, bla… bla…) dan Maha Bijaksana (tepat sasaran, sesuai _sunnatullah_ dalam kehidupan).
Makanya saya sangat _respect_ dengan kampanye tiada henti dari para _asatidz/asatidzah_ untuk ilmu _mawarits._ Agar lebih banyak keluarga yang _aware_ dengan ilmu ini, dan membumikannya dalam praktik keluarga.
Semoga kita dapat memberikan sumbangsih dalam menjaga ilmu ini. Aamiin.
*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 11)*
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Banyak aktifis feminisme yang mengkritik pernikahan Nabi Muhammad ﷺ dengan _sayyidah ‘Aisyah_ yang masih berusia belia 6 atau 7 tahun. Mengkritik Nabi Muhammad ﷺ yang poligami belasan isteri.
Sebenarnya masalah utama bukan pernikahan Nabi Muhammad ﷺ tetapi problem utama adalah keraguan mereka atas kenabian Sang Nabi. Andai mereka percaya bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah “utusan” Tuhan yang tak pernah melakukan tindakan tanpa persetujuan Tuhan, tentu mereka tidak akan mempermasalahkan apapun pada sang Nabi.
Tuhan saja setuju dengan pernikahan Nabi-Nya sampai Dia mengumumkan kepada makhluk-Nya bahwa isteri-isteri Nabi adalah ibu bagi orang-orang mu’min. Kenapa anda sewot?
Tapi, kalau keimanan pada _arkanul iman_ memang tiada, maka apapun tindakan sang Nabi akan dipermasalahkan.
1. Rasulullah ﷺ sampai usia 25 tahun tak pernah “pacaran” sekalipun. Padahal di arab pada masa itu berbuat mesum adalah hal lumrah yang takkan ada orang lain mempermasalahkan. Wanita-wanita rendahan jual diri dengan upah yang murah. Apakah seperti ini sosok yang mereka sebut pengumbar nafsu?
2. Rasulullah ﷺ menikah dengan wanita yang usianya hampir dua kali usia beliau 25 : 40. Janda yang pernah dua kali menikah. Apakah seperti ini sosok yang mereka sebut pemburu wanita?
Kalian bilang poligami boleh, asal dengan janda tua seperti Nabi? Eh, ini pernikahan pertama, jadi kalian nikah pertama harus sama janda tua kalau mau konsisten memaksa semua orang harus persis Nabi.
3. Rasulullah ﷺ setia dengan satu isteri tua sampai sang istri wafat di usia 65 sedangkan beliau usia 50. Andai beliau mau, mudah saja beliau mengoleksi perawan-perawan cantik jadi istri muda. Apakah seperti ini sosok yang mereka sebut tukang kawin?
ﺃﻣّﺎ ﺯﻭاﺟﻪ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺛﻢّ ﻣﻦ ﻏﻴﺮﻫﺎ، ﻓﺈﻥّ ﻟﻜﻞّ ﻣﻨﻬﻦّ ﻗﺼّﺔ، ﻭﻟﻜﻞّ ﺯﻭاﺝ ﺣﻜﻤﺔ ﻭﺳﺒﺐ ﻳﺰﻳﺪاﻥ ﻣﻦ ﺇﻳﻤﺎﻥ اﻟﻤﺴﻠﻢ ﺑﻌﻈﻤﺔ ﻣﺤﻤّﺪ ﺻﻠّﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻢ ﻭﺭﻓﻌﺔ ﺷﺄﻧﻪ ﻭﻛﻤﺎﻝ ﺃﺧﻼﻗﻪ
Sekali lagi yang bermasalah adalah keimanan mereka terhadap agama sehingga tak pernah berhenti mempermasalahkan agama. Mereka iri kepada nama besar Nabi Muhammad ﷺ dan kesuksesan dakwahnya, maka apapun dipermasalahkan.
Referensi :
Fiqhussiroh Nabawi Karya Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi
*Hikmah Maulid Nabi (Bagian 12)*
اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه اجمعين
Senin shubuh, 12 _Rabi’ul Awwal_ Tahun Sebelas Hijriah, Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ membuka satir (pembatas masjid dan kamar beliau), sambil tersenyum memandangi wajah ummatnya. Senyum pamit sekaligus senyum kebahagiaan kerelaan dan kepuasan atas keadaan ummatnya saat itu. Ummat yang dua puluh tiga tahun lalu masih menyembah berhala, detik itu semuanya berada dalam kondisi terbaik manusia, kondisi shalat berjamaah shubuh dipimpin _Sayyidunaa_ Abu Bakar. Para sahabat seolah mewakili kita semua dalam pamit pisah itu, bahwa kita akan menjaga shalat, berjama’ah shubuh, demi Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ tetap tersenyum melihat kita.
Tak berselang lama pagi itu, kabar kewafatan Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ menghentikan seluruh aktifitas manusia. Pecah tangis di seluruh penjuru dunia. _Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun._
Mulai pagi itu, bumi seperti diceraikan oleh langit. Ummat manusia tak lagi ditunggui para utusan Tuhan. Dibiarkan menyelesaikan hiruk-pikuk permasalahannya sendiri. Hari pertama, kedua, ketiga, semakin memburuk, dan hari ini dua belas _Rabi’ul Awwal_ telah berlalu dari perpisahan itu.
Referensi :
Fiqhussiroh Nabawi Karya Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi
*Majlis Ta’lim dan Dzikir Nurul Islam*
*Taman Baru Serang – Banten*
* Rohis MAN 1 Kota Cilegon





