Beranda Keagamaan Pengajian MAN 1 Kota Cilegon: Puasa dan Jihad, Sebuah Persiapan Mental

Pengajian MAN 1 Kota Cilegon: Puasa dan Jihad, Sebuah Persiapan Mental

345
0

CCN, Cilegon. – MAN 1 Kota Cilegon mengadakan pengajian rutin pada bulan Februari dengan menghadirkan pembicara ulama terkemuka di Cilegon dan sekitarnya KH Sayuti. Kegiatan ini dihadiri oleh walimurid kelas X dan XI, Kepala Madrasah, serta Dewan Guru. Dan pengajian ini sebagai langkah untuk membangun silaturahmi antara sekolah dan orangtua/wali murid.(21.02.2024)

Pengajian tidak hanya berfungsi sebagai forum komunikasi, melainkan juga sebagai kesempatan bagi orangtua/wali murid untuk berkonsultasi dengan pihak sekolah terkait kondisi anak-anak mereka selama berada di sekolah. Pendekatan ini sejalan dengan tujuan pendidikan MAN 1 Cilegon yang tidak hanya menitikberatkan pada aspek akademis, tetapi juga memberikan perhatian khusus pada pembinaan karakter dan hubungan antaranggota komunitas sekolah.

Hj. Maryati, Kepala MAN 1 Cilegon, dalam sambutannya, menyampaikan program sekolah terkait pembuatan kantin sehat. Sebagai implementasi program ini, parkir di lingkungan madrasah akan ditiadakan, dan anak-anak diwajibkan membawa tempat makan dan minum sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik atau stirofoam yang dapat menimbulkan sampah.

KH Sayuti, sebagai penceramah, menyajikan materi yang sangat relevan dengan tema kegiatan akan bulan ke depan akan menyambut ramadhan, yaitu “Puasa dan Jihad.” Dalam penjelasannya, KH Sayuti menjelaskan terminologi fiqh bahwa jihad memiliki makna memerangi orang kafir untuk menegakkan syariat Islam, tetapi beliau juga menyoroti bahwa jihad dapat diartikan sebagai perang melawan hawa nafsu.

Pentingnya persiapan mental dalam menghadapi puasa dan jihad menjadi fokus utama dalam pengajian tersebut. KH Sayuti menekankan bahwa perintah puasa dan perintah jihad turun pada tahun yang sama, ketika Rasulullah saw menghadapi Perang Badar pada tahun kedua Hijriah. Keduanya memerlukan persiapan mental yang besar, yang mewajibkan umat Islam mengosongkan jiwa dari dominasi dunia demi terciptanya kesucian ibadah dan keikhlasan.

Puasa dijelaskan sebagai ibadah berperang melawan kejahatan metafisik, seperti hawa nafsu dan penyakit hati, sementara jihad adalah perang melawan kejahatan fisik, seperti kaum musyrik atau musuh yang tampak di luar diri. Perintah puasa terlebih dulu menegaskan bahwa melawan hawa nafsu, musuh yang tak terlihat dalam diri, adalah langkah awal dalam persiapan mental.

Dalam penutupan pengajian, KH Sayuti mengingatkan bahwa puasa Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan dahaga, melainkan juga merupakan bentuk jihad di jalan Allah. Puasa mengajarkan umat Islam untuk mengendalikan diri, berperang melawan hawa nafsu, penyakit hati, dan busuknya mentalitas. Rasulullah saw menyatakan bahwa setelah kembali dari Perang Badar, umat Islam baru saja menyelesaikan jihad kecil dan kini bergerak menuju jihad yang lebih besar, yaitu pertempuran melawan hawa nafsu.

Pengajian ini menjadi langkah positif dalam memperkuat hubungan antara sekolah dan orangtua/wali murid, sambil memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya persiapan mental dalam menjalani ibadah puasa dan jihad. (Ahdi)